tirto.id - Sejumlah massa menggelar Aksi Kamisan ke-885 terkait penolakan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Soeharto di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Berdasarkan pantauan Tirto di lokasi, puluhan massa Aksi Kamisan sudah memadati area sekitar Taman Pandang Istana sekira pukul 15.40 WIB. Mereka memegang sejumlah poster yang menampilkan narasi penolakan pemberian gelar pahlawan bagi Soeharto.
“Soeharto bukan pahlawan,” tulis sebuah poster yang dipegang seorang massa Aksi Kamisan, Kamis (6/11/2025).
Selain membentangkan poster, beberapa massa yang menggunakan pakaian serba hitam itu juga secara bergantian menyampaikan orasi-orasinya.
Seorang perwakilan BEM FH Universitas Tarumanegara (Untar), Nizar, mengatakan, usulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Soeharto sungguh mengusik hatinya sebagai mahasiswa.
“Ada yang mengusik hati nurani kita. Sebuah wacana untuk mengangkat Soeharto sebagai pahlawan nasional. Pertanyaan saya, apakah bangsa ini sudah lupa akan sejarah yang ia alami sendiri?” seru Nizar dalam orasinya di depan massa Aksi Kamisan.
Menurut Nizar, Soeharto, yang pernah memimpin Indonesia selama tiga dekade lamanya, tidak serta-merta layak dianugerahi gelar pahlawan. Ia mengklaim, kekuasaan Soeharto yang mencapai puluhan tahun sebagai bentuk praktik otoritarianisme yang mengancam iklim demokrasi kala itu. “Kekuasaan yang lama bukanlah tanda kebijakan, bisa jadi itu tanda dari otoritarianisme yang mengekang demokrasi,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bayu Wardhana, menceritakan kelamnya rezim Orde Baru (Orba) bagi para jurnalis. Bayu menyebut, para jurnalis dan perusahaan media di era Orde Baru kerap kali diancam ketika menyampaikan kritik kepada penguasa. Salah satunya adalah dengan cara mencabut izin operasi media.
“Kalau mengkritik pemerintah, maka izinnya dicabut. Artinya ditutup medianya,” tutur Bayu di hadapan para massa aksi.
Oleh karena itu, menurut Bayu, apabila Soeharto dianugerahi gelar pahlawan, maka hal tersebut akan menjadi penanda kembalinya rezim Orba dan paham Soehartoisme. “Kalau dia [Soeharto] jadi pahlawan, itu pintu gerbang masuknya, kembalinya Orde Baru,” ucap Bayu.
“Maka ada yang lebih besar nih, Soehartoisme,” tambahnya.
Aksi Kamisan itu lalu ditutup dengan penampilan paduan suara yang menyanyikan sejumlah lagu. Sesekali, mereka tetap memekikkan seruan penolakan gelar pahlawan bagi Soeharto.
“Soeharto?” kata seorang pemimpin paduan suara.
“Bukan pahlawan!” teriak puluhan massa lainnya dengan kompak.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id
































